Rabu, 26 September 2007

YANG PERCAYA MENERIMA KEMULIAAN

Renungan Minggu, 20 Mei 2007


Kis. 16:16-34, Mzm. 97, Why. 22:12-14, 16-17, 20-21, Yoh. 17:20-26

Saat ini kita telah memasuki minggu Paskah VII, sehingga minggu depan selaku gereja Tuhan kita akan merayakan hari raya Pentakosta. Secara prinsipial teologis, selama minggu Paskah (Paskah I sampai VII) semua perikop bacaan dan khotbah berpusat kepada karya kebangkitan Kristus sebagaimana yang telah dialami oleh para murid. Tetapi perikop kita di Yoh. 17:20-26 sebenarnya bukanlah suatu perikop yang menyaksikan karya Kristus yang bangkit. Justru perikop tersebut sepertinya mengajak kita mundur lagi ke masa sebelum Kristus wafat dan bangkit. Sebab dari latar-belakang perikop, menurut para ahli tafsir Yoh. 17 ditempatkan dalam konteks pergumulan Tuhan Yesus di taman Getsemani. Itu sebabnya di Yoh. 18 mengisahkan Yesus ditangkap dan diadili oleh Hanas, Kayafas dan Pilatus. Di tengah-tengah penderitaan dan kesedihanNya, Tuhan Yesus menaikkan doa kepada BapaNya di sorga. Tetapi yang sangat menarik, doa Tuhan Yesus di Yoh. 17 justru mengungkapkan doa yang secara khusus ditujukan untuk kepentingan para muridNya. Di Yoh. 17 sama sekali tidak kita jumpai doa dari Tuhan Yesus yang berisi untuk kepentingan diriNya agar Dia selamat dari penderitaan dan hukuman salib. Di Yoh. 17:11, Tuhan Yesus berdoa: “Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepadaMu, ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita”.

Kecenderungan umat manusia pada umumnya ketika dia sedang mengalami kesedihan dan penderitaan yang sangat hebat adalah memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Sehingga manakala dia berdoa, maka isi doanya adalah agar Tuhan berkenan segera melepaskan dan memberi pertolongan kepada dirinya. Tetapi tidak demikian halnya dengan doa Tuhan Yesus. Di tengah-tengah penderitaan dan ketakutanNya, Tuhan Yesus mendoakan secara khusus para murid dan orang-orang yang percaya kepadaNya agar mereka dilindungi oleh Allah. Sebab itu di Yoh. 17:11, Tuhan Yesus memohon agar semua orang yang percaya kepadaNya dilindungi Allah dengan namaNya yang kudus. Di Yoh. 17:15 Tuhan Yesus berdoa, demikian: “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat”. Perlindungan yang dimohonkan oleh Tuhan Yesus kepada BapaNya di sorga adalah agar para murid dan orang-orang percaya kepadaNya dilindungi dari kuasa yang jahat. Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak meminta kepada Allah agar semua orang yang percaya kepadaNya dilindungi oleh Allah dengan cara mengambil mereka dari dunia ini. Sama sekali tidak! Tuhan Yesus tidak pernah memberi pengajaran atau doa agar orang-orang yang percaya kepadaNya dilindungi oleh Allah dengan cara melarikan diri dari kenyataan kehidupan ini. Justru sebaliknya orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dipanggil untuk diutus masuk ke dalam dunia. Karena itu di Yoh. 17:18, Tuhan Yesus menaikkan doa, yaitu: “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia”. Teologi hidup Kristus untuk umat percaya bukanlah teologi pelarian diri (escaping theology), tetapi teologi pengutusan (delegating theology). Semua orang percaya dipanggil dan diutus untuk melakukan karya keselamatan Allah di tengah-tengah dunia ini.

Apabila di Yoh. 17:9-19 Tuhan Yesus mendoakan setiap orang yang percaya kepadaNya agar mereka dilindungi dari yang jahat dan dikuduskan oleh firman kebenaran; maka di Yoh. 17:20 Tuhan Yesus juga mendoakan orang-orang yang belum percaya kepadaNya. Tuhan Yesus berkata: “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka”. Jadi sebenarnya isi doa Tuhan Yesus di Yoh. 17:20 merupakan doa yang menjadi dasar misiologi gereja. Karena umat percaya yang percaya kepadaNya adalah milik Allah (Yoh. 17:9-10), maka mereka diutus untuk memberitakan karya keselamatan Kristus kepada seluruh umat manusia. Jadi di Yoh. 17:20 Tuhan Yesus mendoakan secara khusus umat manusia yang sebelumnya tidak percaya, tetapi kemudian karena pemberitaan gereja mereka diberi karunia untuk percaya kepadaNya. Sebab iman kepada Kristus pada prinsipnya adalah karunia atau anugerah Allah belaka. Di Why. 22:17 Tuhan Yesus berkata: “Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: Marilah! Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma”. Jadi tujuan dari doa Tuhan Yesus tersebut adalah mereka yang sebelumnya belum percaya dan akhirnya percaya kepadaNya adalah agar mereka dapat memperoleh kemuliaan dalam persekutuan kasih dengan Allah dan Kristus (Yoh. 17:21-22). Dari isi doa Tuhan Yesus tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Tuhan Yesus menghendaki agar umat yang percaya kepadaNya dan mereka yang belum percaya pada akhirnya dapat bersatu untuk mewujudkan keselamatan dan kemuliaan dalam persekutuan kasih Allah. Sehingga sangatlah tepat, jikalau doa Tuhan Yesus di Yoh. 17 pada hakikatnya disebut: “Doa Imam Agung” (High Priestly Prayer). Tuhan Yesus menghendaki terwujudnya keesaan seluruh umat percaya agar mereka makin efektif melakukan tugas pengutusan ke dalam dunia, sehingga akhirnya dunia yaitu umat manusia mau percaya dan menerima Kristus selaku Juru-selamatnya.

Dalam perjalanan sejarah gereja Tuhan, salah satu doa yang dinaikkan oleh Tuhan Yesus di Yoh. 17 terbukti dialami secara nyata oleh para murid dan orang-orang yang diutus untuk memberitakan Injil. Doa Tuhan Yesus tersebut adalah mereka senantiasa dilindungi oleh Allah dari yang jahat. Mungkin di antara mereka tidak senantiasa terlindung dari penganiayaan, siksaan fisik bahkan kematian; tetapi para utusan Tuhan tersebut tidak dapat dikalahkan oleh kuasa gelap. Di Kis. 16:16-18 menyaksikan bagaimana kuasa gelap yang menguasai seorang wanita untuk menenung orang lain dapat dikalahkan dengan nama Kristus. Ketika rasul Paulus tidak tahan dengan gangguan yang ditimbulkan oleh wanita penenung itu, dia berkata sebagai berikut: “Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan itu.” Seketika itu juga keluarlah roh itu (Kis. 16:18). Kesaksian di Kis. 16:16-18 mau menyatakan bahwa kuasa Kristus yang bangkit dan telah naik ke sorga pada hakikatnya lebih tinggi dari segala kuasa apapun di dalam dunia ini. Di Why. 22:13, Kristus menyebut diriNya dengan: “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir”. Itu sebabnya Yoh. 17:3 menyatakan bahwa hidup kekal akan terwujud dalam kehidupan umat manusia, jikalau manusia mau mengenal Allah sebagai satu-satunya yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang Engkau utus itu. Dari prinsip teologis inilah kita dapat mengerti alasan mengapa Tuhan Yesus mendoakan orang-orang yang belum percaya kepadaNya, dan juga alasan teologis mengapa kita selaku gereja Tuhan harus memberitakan Injil kepada seluruh umat manusia; yaitu agar umat manusia dapat dipersatukan di dalam nama Kristus dan memperoleh anugerah keselamatan untuk memancarkan kemuliaan Allah di setiap aspek kehidupannya.

Di Kis. 16:16-18 menyaksikan bagaimana rasul Paulus dan Silas dengan kuasa Kristus dapat mengalahkan roh tenung yang menguasai seorang wanita. Tetapi para majikan dari perempuan tenung tersebut menjadi marah, sebab penghasilan mereka menjadi berkurang. Karena itu para majikan perempuan itu menyerahkan rasul Paulus dan Silas kepada pemerintah kota Filipi. Di Kis. 16:22-23 menyaksikan bagaimana rasul Paulus dan Silas berkali-kali dianiayai lalu dimasukkan ke dalam penjara dengan cara kaki mereka dipasung. Tetapi dalam peristiwa tersebut, Tuhan tidak membiarkan hambaNya terpasung. Tuhan menyelamatkan mereka dengan caraNya yang unik. Sebab setelah rasul Paulus dan Silas berdoa dan memuji Tuhan, terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga pintu dan belenggu yang mengikat mereka dapat terlepas. Kepala penjara yang bertanggungjawab dalam penahanan rasul Paulus dan Silas sangat ketakutan sebab dia menyangka para tahanannya melarikan diri. Karena itu kepala penjara tersebut menghunus pedangnya untuk membunuh diri. Tetapi rasul Paulus berseru kepadanya: “Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!” (Kis. 16:28). Kepala penjara itu sangat tersentuh hatinya melihat kebaikan hati rasul Paulus dan Silas, sehingga dia tersungkur di depan kaki mereka, sambil berkata: “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” (Kis. 16”30). Rasul Paulus dan Silas menjawab dengan menyampaikan ajakan untuk percaya kepada Tuhan Yesus, yaitu: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu” (Kis. 16:31). Akhirnya kepala penjara dan seisi rumahnya menjadi percaya dan mereka semua kemudian dibaptiskan.

Kisah pertobatan kepala penjara dan seluruh anggota keluarganya di Kis. 16:29-34 tidak akan terjadi manakala rasul Paulus dan Silas waktu itu memilih melarikan diri pada waktu terjadi gempa bumi dan belenggu yang mengikat kaki mereka dapat terlepas. Sebenarnya rasul Paulus dan Silas saat terjadi gempa bumi yang mana pintu serta belenggu mereka terlepas, mereka mempunyai banyak kesempatan untuk melarikan diri. Tetapi mereka sengaja tidak mau melarikan diri. Mereka tetap peka dengan permasalahan tanggungjawab yang diemban oleh kepala penjara kota Filipi. Sehingga sikap rasul Paulus dan Silas yang mencerminkan kemurahan hati Allah tersebut dapat menyentuh hati kepala penjara sehingga akhirnya dia bersama seluruh anggota keluarganya mau percaya kepada Kristus. Bukankah sikap rasul Paulus dan Silas tersebut juga mencerminkan sikap dari Tuhan Yesus sendiri? Sebagaimana diketahui bahwa Yoh. 17 berlatar-belakang penderitaan Kristus di taman Getsemani yang mengalami kesedihan dan ketakutan. Justru pada saat yang genting itulah Tuhan Yesus berdoa secara khusus untuk kepentingan para murid dan orang-orang yang percaya ataupun orang-orang yang belum percaya kepadaNya. Tuhan Yesus sama sekali tidak menaikkan doa untuk keselamatan diriNya dari hukuman salib. Demikian pula yang dilakukan oleh rasul Paulus dan Silas pada saat yang genting di dalam penjara kota Filipi. Sebenarnya mereka mempunyai kesempatan untuk menyelamatkan diri, justru mereka memilih untuk tetap tinggal dan lebih memikirkan keselamatan kepala penjara kota Fililpi.

Seringkali makna pemberitaan Injil dipahami secara verbal saja. Sehingga tugas pengutusan ke dalam dunia sering hanya ditekankan pada pola “penginjilan yang verbalistis” belaka. Dalam bentuk ini penginjilan menjadi sekedar penyebaran doktrin-doktrin tertentu. Padahal dalam praktek hidup, pola pemberitaan Injil yang paling menyentuh hati dan memotivasi banyak orang ke arah pertobatan ketika kehidupan Kristus kita nyatakan dalam perbuatan atau tindakan nyata. Seandainya rasul Paulus dan Silas menganut dan mempraktekkan teologi “pelarian diri” (escaping teology), pastilah tidak akan terjadi perjumpaan personal dengan kepala penjara yang kemudian mendorong dia untuk mau percaya kepada Tuhan Yesus bersama dengan seluruh anggota keluarganya. Kisah pertobatan St. Agustinus dari kehidupannya yang lama disebabkan karena doa-doa yang dipanjatkan oleh ibunya yaitu Monica. Tetapi juga peran St. Ambrosius sebagai seorang uskup yang hidupnya sangat saleh sangat mempengaruhi spiritualitas dan iman St. Agustinus, sehingga dia akhirnya dapat menjadi seorang teolog besar bahkan menjadi salah seorang bapak gereja. Itu sebabnya tujuan akhir dari doa Tuhan Yesus di Yoh. 17 adalah: “dan Aku telah memberitahukan namaMu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka” (Yoh. 17:26). Dalam hal ini tujuan dari doa Tuhan Yesus adalah agar para murid dan orang-orang percaya pada akhirnya ditandai oleh kasih yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka. Jadi pemberitaan Injil yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus di sini adalah pemberitaan yang mengkomunikasikan tindakan kasih Allah dalam kehidupan nyata, sehingga mereka dapat mengalami karya Allah yang menyelamatkan itu. Itu sebabnya di Why. 22:12 Tuhan Yesus berkata: “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upahKu untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya”. Iman Kristen pada prinsipnya tidak mempertentangkan antara iman dan perbuatan. Sebab iman yang hidup dan terus bertumbuh dalam persekutuan dengan kasih Kristus pastilah akan dinyatakan dalam perbuatan. Sebaliknya iman yang mati dan tidak sehat pastilah hanya mampu dinyatakan secara verbal belaka, tetapi mereka gagal dalam perbuatan nyata.

Jika demikian janji Kristus bahwa mereka yang percaya kepadaNya akan menerima kemuliaan perlu dipahami secara tepat. Kemuliaan yang dimaksudkan bukanlah untuk kemuliaan diri mereka sendiri, tetapi agar semua orang yang percaya kepada Kristus diangkat martabatnya dalam kemuliaan Allah. Esensi dari martabat manusia yang paling mulia dan berkenan kepada Allah manakala seluruh umat manusia memberlakukan kasih. Karena itu kehidupan setiap orang percaya harus ditandai oleh kasih yang mau peduli dengan keselamatan sesamanya yang menderita dan mereka yang berada dalam belenggu kuasa dosa. Sikap melarikan diri dari tanggungjawab dan cari selamat untuk diri sendiri bukan hanya dianggap sikap yang kurang etis, tetapi lebih dari pada itu dianggap oleh Allah sebagai suatu dosa. Setiap orang yang percaya kepada Kristus diutus untuk memaknai konteks hidupnya dengan kuasa kasih Allah yang telah dinyatakan di dalam pengorbanan Kristus. Sebab makna terdalam dari pemberitaan Injil adalah mengkomunikasikan kasih Allah secara nyata dan dilandasi oleh sikap yang bertanggungjawab sehingga orang-orang di sekitarnya dapat mengalami anugerah keselamatan dari Kristus.

Bagaimanakah sikap saudara setelah mendengar firman Tuhan ini? Apakah kita bersedia untuk memaknai konteks hidup dan lingkungan di sekitar kita dengan kuasa kasih Kristus? Di tengah-tengah sesama kita yang sekarang banyak menderita, marilah kita makin peduli dengan menjadi tangan-tangan Kristus yang terulur untuk menyalurkan air kehidupan secara cuma-cuma. Dan dengan doa dari Tuhan Yesus, maka pastilah kita selaku umatNya akan dilindungi dari kuasa yang jahat, sehingga pada akhirnya nama Allah di dalam Kristus makin dipermuliakan. Amin.

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono

Tidak ada komentar: