Selasa, 25 September 2007

MEMPEROLEH HIDUP DALAM NAMA KRISTUS

Renungan Minggu, 15 April 2007

Minggu Paskah II, Tahun C


Kis. 5:27-32, Mzm. 150, Why. 1:4-8, Yoh. 20:19-31

Dalam melaksanakan suatu kebaktian Minggu, kita senantiasa mengawali kebaktian tersebut dengan “Votum” yang artinya: di dalam nama, yaitu: “di dalam nama Tuhan”. Ibadah kita secara imaniah atau teologis hanya dapat terselenggara atau terjadi karena pertolongan di dalam nama Tuhan. Kebaktian kita terselenggara bukan hasil upaya manusia untuk menjumpai Allah dan sebagai sarana untuk memperoleh keselamatan dengan usaha kita sendiri. Sebaliknya kebaktian kita terjadi karena inisiatif, prakarsa dan kasih-karunia Tuhan. Dalam Alkitab, pemahaman nama “Tuhan” pada hakikatnya memiliki makna teologis dan identitas kedirian Allah yang sangat penting. Setelah Yakub bergumul dengan malaikat Tuhan, dia bertanya tentang nama malaikat Tuhan itu. Jawab malaikat kepada Yakub: “Mengapa engkau menanyakan namaku?” (Kej. 32:29). Setelah Musa mendapat penyataan Allah di semak belukar, Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang namaNya? – apakah yang harus kujawab kepada mereka?” (Kel. 3:13). Bagi umat percaya, nama Tuhan mengandung kedirian Allah yang maha mulia. Mzm. 96:8 berkata: “Berilah kepada Tuhan kemuliaan namaNya. Nama Tuhan sangat suci, sehingga umat dilarang bersaksi dusta demi nama Tuhan (Im. 19:12). Itu sebab umat percaya dipanggil: “Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan” (Kel. 20:7). Di dalam nama Tuhan, umat percaya yakin akan penyertaan Allah (Mzm. 23:3), sehingga mereka berani berjalan dalam lembah kekelaman.

Yoh. 20:19-31 berlatar-belakang pengalaman para rasul yang berjumpa dengan Kristus yang bangkit. Semula mereka hidup dalam ketakutan, sehingga mereka waktu itu harus berada di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci. Namun di tengah-tengah ketakutannya, Tuhan Yesus menjumpai mereka dengan mengucapkan: “Damai-sejahtera bagi kamu!” (Yoh. 20:20). Kemudian Tuhan Yesus menunjukkan diriNya bahwa Dia hidup. Sehingga ketika Tomas tidak hadir dalam peristiwa penampakan itu, secara khusus Tuhan Yesus menjumpai Tomas agar dia mau percaya. Setelah Tomas melihat Tuhan Yesus yang bangkit, dia akhirnya berkata: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh. 20:28). Tuhan Yesus kemudian menanggapi pengakuan iman Tomas tersebut dengan berkata: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh. 20:29). Setelah itu penulis Injil Yohanes menyampaikan tujuan dari kesaksiannya, yaitu: “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Messias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya” (Yoh. 20:31). Jadi tujuan dari seluruh kesaksian Injil Yohanes tentang kehidupan, karya pelayanan, penderitaan, kematian dan kebangkitan Kristus adalah agar kita mau percaya di dalam nama Kristus dan kita akan memperoleh hidup yang kekal di dalam namaNya. Ini berarti Injil Yohanes mau menegaskan bahwa di dalam nama Tuhan Yesus tersedia keselamatan dan hidup yang kekal.

Iman Kristen lahir di atas muka bumi dan tetap bertahan sampai akhir zaman karena mereka beralaskan di dalam nama Kristus. Inti pengakuan iman gereja adalah: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia, yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis. 4:12). Dengan keyakinan ini, iman Kristen menegaskan dan menyaksikan bahwa hanya di dalam nama Yesus, Allah berkenan menganugerahkan keselamatan di atas bumi ini. Berita inilah yang disaksikan oleh para murid di hadapan Mahkamah Agama sebagaimana dikisahkan oleh Kis. 5:27. Mahkamah Agama Yahudi berkata kepada para murid: “Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami” (Kis. 5:28). Sangat jelas para pemuka di dalam Mahkamah Yahudi melarang para murid memberi pengajaran dan kesaksian tentang nama Yesus yang telah mereka salibkan. Namun pada sisi yang lain di hadapan Mahkamah Agama Yahudi para murid Tuhan Yesus memberikan jawaban yang sangat berani, yaitu: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia” (Kis. 5:29). Para murid Tuhan Yesus waktu itu sama sekali tidak bergeming dari pendirian dan sikap iman mereka untuk terus bersaksi tentang nama Tuhan Yesus sebagai bentuk sikap ketaatan mereka kepada Allah. Sebab bagi mereka, Allah telah mengaruniakan Kristus kepada umat manusia agar semua orang memperoleh keselamatan. Itu sebabnya dengan kebangkitan Kristus, Allah telah membuktikan bahwa Kristus adalah Messias yang hidup dan dapat memberikan keselamatan kepada setiap orang yang percaya.

Apabila para murid bersedia mempertaruhkan seluruh hidup mereka demi nama Tuhan Yesus, seringkali kita sebagai jemaat hanya memanfaatkan nama Kristus agar doa-doa kita dikabulkan oleh Tuhan. Bukankah kita sering menggunakan nama Kristus dengan harapan dan keinginan kita dapat terpenuhi? Namun apakah kita juga sanggup menderita demi nama Kristus? Dengan perkataan lain, apakah kita bersedia kehilangan segala-galanya demi nama Kristus yang menyelamatkan itu? Kita sering lebih cenderung mengartikan tujuan dari kesaksian Injil Yohanes yang berkata: “supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya” secara pasif dan konsumtif. Dalam hal ini kita lebih menekankan makna atau pemahaman bahwa di dalam nama Yesus tersedia berkat-berkat sorgawi yaitu keselamatan, sehingga kita harus memiliki iman di dalam namaNya agar kita dapat memperoleh hidup yang kekal. Padahal ketika kita meneliti perkataan dari Injil Yohanes tersebut, bukankah sebenarnya yang ditekankan adalah bagaimana sikap atau respon kita dalam kehidupan di dunia ini. Apakah kehidupan kita terbuka dan dikuasai oleh iman, sehingga kita mau bertindak atas dasar iman kepada Kristus? Bila ya, maka dengan tindakan iman tersebut kita akan dipimpin oleh Allah untuk mewujudkan keselamatan dan hidup yang kekal pada saat kini. Itu sebabnya Tuhan Yesus memberi jawaban kepada Tomas, yaitu: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”. Jawaban Tuhan Yesus tersebut menekankan sikap iman terlebih dahulu, barulah kita akan melihat kuasaNya.

Selain itu nama Kristus sering kita pakai untuk pembenaran diri. Betapa banyak dari anggota jemaat kita yang sering menggunakan nama Tuhan Yesus sebagai legitimasi untuk menguatkan egoisme dan upaya pembenaran diri, apakah untuk menguatkan suatu doktrin, ajaran tertentu dan dogma tertentu. Bahkan nama Kristus juga dipakai untuk melegalisasikan berbagai bentuk kekerasan dan ketidakadilan. Atas nama Kristus, gereja pernah menyuruh umat Kristen untuk maju berperang sehingga terjadi perang salib. Atas nama Kristus, para majikan merasa dapat mengurangi hak para buruhnya sebab pekerjaan mereka hanya dipandang sebagai suatu pelayanan. Atas nama Kristus, seseorang dapat mengklaim gerejanya yang paling benar dan gereja yang berbeda dianggap sebagai gereja yang tidak berdasar kepada Kristus. Ternyata nama Kristus dalam kehidupan sehari-hari sering dimanipulasi untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok. Ketika nama Kristus dimanipulasi untuk mencapai tujuan yang duniawi, bagaimanakah mungkin para pengguna nama Kristus tersebut dapat memperoleh hidup yang kekal di dalam namaNya yang kudus?

Nama Kristus atau nama Tuhan Yesus akan menyelamatkan dan memberikan hidup yang kekal bagi setiap orang yang percaya dengan mau tunduk kepada kuasa dan otoritasNya. Fil. 2:10, rasul Paulus berkata: “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah Bapa!”. Firman Tuhan tersebut pada hakikatnya mengajak setiap orang agar mereka denggan sikap iman bersedia menundukkan diri atau bertekuk lutut di hadapan nama Tuhan Yesus. Sehingga ketika mereka menyebut nama Tuhan Yesus dalam setiap doa, ibadah dan kehidupan sehari-hari mereka sungguh-sungguh mengosongkan segala hal yang egoistis, yaitu pembenaran diri, perasaan superioritas rohaniah, dan kecenderungan memanipulasi kuasa Kristus serta kecenderungan yang konsumtif dengan menggunakan nama Kristus. Perlu kita pahami bahwa nama Kristus akan memberikan kekuatan, damai-sejahtera, sukacita dan keselamatan ketika namaNya yang indah dan berkuasa itu dihayati dari hati yang suci, yaitu hati yang dikuasai oleh sikap iman yang tetap percaya walau tidak melihat.

Jika demikian, bagaimanakah sikap kita selaku umat percaya di hadapan nama Tuhan Yesus? Apakah hidup kita makin diubahkan oleh nama Kristus, sehingga kita makin mengenal dan mengasihi Dia dengan seluruh hidup kita? Ataukah kita makin mengeraskan hati dengan berbagai kebenaran diri kita sendiri, sehingga kita lebih cenderung memanfaatkan nama Kristus untuk mencapai tujuan yang duniawi? Sebagaimana nama Allah tidak boleh diucapkan dengan sembarangan, maka seharusnya kita sebagai umat percaya juga tidak boleh menggunakan secara sembarangan nama Kristus untuk tujuan-tujuan yang bertentangan dengan iman Kristen. Karena itu kita semua dipanggil oleh Allah untuk mempermuliakan nama Kristus dengan memberi hormat dan sikap layak serta kasih kepada setiap “nama-nama” (para pribadi) dari orang-orang di sekitar kita atau sesama kita. Karena demi “nama-nama” (pribadi-pribadi) seluruh umat manusia sepanjang sejarah, Kristus bersedia mengorbankan hidupNya agar dalam namaNya kita diselamatkan.

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono

Tidak ada komentar: